Keindahan Air Terjun Curup Gangsa Lampung


Keindahan Air Terjun Curup Gangsa Lampung 

Lampung merupakan provinsi yang banyak mempunyai keindahan alam yang tidak kalah bagus dengan provinsi lain yang ada di Indonesia, Salah satunya Air terjun Curup Gangsa.  Air terjun ini terletak di Dusun Tanjung Raja Desa Kota Way Kecamatan Kasui. Air terjun berasal dari patahan sungai Way Tangkas yang mengalir dari Bukit Punggur menuju Desa Tanjung Kurung dan Desa Lebak Peniangan. Obyek Wisata ini dapat di capai dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan jarak tempuh 10 km dari Kecamatan Kasui atau 40 Km dari Blambangan Umpu, Ibukota Kabupaten Way Kanan.

Air terjun ini bersumber dari patahan sungai Way Tangkas yang mengalir dari relung-relung punggung bukit punggur meliuk-liuk melalui dusun Tanjung Kurung Lebak Paniangan, dengan ketinggian mencapai 50 meter, sering di selimuti kabut dan belaian desir angin semilir berterbangan membawa embun yang sejuk menambah suasana semakin alami.

Pada saat tengah malam dalam suasana sepi sering terdengar suara gemerincing bagaikan suara seluring Gangsa, konon dari suara inilah nama Curup gangsa oleh masyarakat sekitar menjadi nama objek wisata. 


Gambar: Air Terjun Curup Gangsa

sumber: http://www.iannnews.com/ensiklopedia.
             http://www.lampungprov.go.id

Baca SelengkapnyaKeindahan Air Terjun Curup Gangsa Lampung

FK3I Lampung Melakukan Penanaman Pohon

Penanaman Pohon 

Peringatan Hari air Sedunia, Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Korda Lampung Melakukan pembagian bibit MPTS dan Penanaman bersama pada Kawasan Tahura Wan Abdurahman di areal kelompok tani maju Lestari Desa Pinang Jaya Bandar Lampung, kegiatan ini diikuti oleh anggota kelompok tani maju lestari, Kelompok pencinta alam berbagai Universitas dan Himpunan mahasiwa kehutanan Unila (Himasylva) kegiatan ini merupakan rangkayan ketiga pada kegiatan Hari air 2013 dengan dilakukannya penanaman ini diharapkan mampu menghijaukan kembali Tahura Wan abdurahman agar sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai daerah tangkapan air. 

    
    Poto kegiatan penanaman bersama FK3I Lampung 


Baca SelengkapnyaFK3I Lampung Melakukan Penanaman Pohon

Budidaya Kayu Afrika (Measopsis emenii)

Kayu Afrika (Measopsis emenii)
Pohon yang selalu hijau atau luruh, tinggi mencapai 15—25(—45) m. Batang lurus dengan garis tengah 50(—180) cm; akar papan kecil atau bahkan tidak ada; kulit batang halus atau beralur dalam dan vertikal. Umumnya daun hampir berhadapan bersilang, tunggal. Daun berbentuk bulat telur-jorong sampai bulat telur memanjang, pangkal daun membulat sampai menjantung, ujung daun meruncing, tepi daun beringgit. Perbungaan majemuk, aksiler tak berbatas berukuran 1—5 cm; tangkai bunga 4—25 mm; bunga banci, terdiri dari 5 daun mahkota, berwarna kuning kehijauan. Buah keras berbentuk bulat telur sungsang, secara berangsur-angsur warna buah berubah, semakin tua warnanya berubah dari hijau menjadi kuning hingga ungu kehitaman. 
Gambar 1. Pohon Kayu afria 
Gambar 2. Benih Kayu Afrika

Cara budidaya kayu afrika 
Benih disemaikan pada bak kecambah, media semainya adalah campuran tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1 : 1. Campuran media ini disaring dahulu kemudian disterilkan.  Benih ditabur di atas media semai, di lakukan penyiraman setiap pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan semprotan yang halus. Perkecambahan berlangsung antara hari ke 14 hinga 80. Kecambah normal adalah setela keluar 2 daun pertama serta terlihat sehat dan kokoh. Kecambah dibiarkan tumbuh dalam bak kecambah selama ± 1 bulan hingga siap disapih pada kantong polibag.
Sumber :http://obenoceobed.blogspot.com/2010/12/teknik-pembibitan-ampupu-eucalyptus.html 
             : http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=929

 

Baca SelengkapnyaBudidaya Kayu Afrika (Measopsis emenii)

Rangkong Badak (Enggang Cula)

 

Rangkong Badak (Enggang Cula)

Deskripsi
Berukuran sangat besar (110 cm), berwarna hitam dan putih. Paruh dan tanduk besar di atas paruh berwarna merah-kuning. Ekor putih mencolok dengan garis hitam lebar melintang. Kepala, punggung, sayap dan dada hitam. Perut dan paha putih.
Iris putih sampai biru (betina) atau merah (jantan), kulit di sekitar mata abu-abu gelap, paruh kuning berpangkal merah dengan tanduk melengkung ke atas, kaki abu-abu kehijauan.
Suara
Raungan “honk” kaar, diulangi oleh jantan dan betina dalam nada yang berbeda. Sering disuarakan dalam bentuk duet, tetapi yang satu sedikit lebih terlambat dari yang lain, sehingga terdengar seperti “honk-honk,…”. Juga suara tajam “gak” sewaktu terbang.

Penyebaran dan ras
Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Terdiri dari 3 sub-spesies, dengan daerah persebaran:
  • rhinoceros Linnaeus, 1758 – Thailand selatan, Semenanjung Malaysia dan Sumatera.
  • borneoensis Schlegel & S. Müller, 1840 – Kalimantan.
  • silvestris Vieillot, 1816 – Jawa.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Ditemukan dalam kepadatan rendah di kebanyakan blok hutan dataran rendah dan perbukitan. Amat mencolok karena berukuran sangat besar serta kebiasaan dan suaranya yang khas. Pada umumnya berada dalam kelompok kecil. Pasangan menempati tajuk pohon tertinggi. Pengunjung tetap pada pohon ara raksasa yang sedang berbuah. Makanan utamanya buah-buahan, tetapi juga kadang memakan hewan kecil. Mengeluarkan suara deruan dahsyat ketika terbang mengepakkan sayap.
Bersarang pada lubang alami pohon yang besar. Saat berbiak, lubang sarang masuk ditutup, dengan betina berada di dalam untuk mengerami telur. Terdapat lubang kecil pada sarang agar pejantan dapat memasukkan makanan. Setelah telur menetas, betina keluar dari sarang dan kembali menutup lubang masuk sarang sampai anakan dewasa dan mampu terbang.

Status
Daftar merah IUCN : Hampir Terancam (NT)
Perdagangan internasional : Appendix II, dapat diperdagangkan dengan pengaturan tertentu
Perlindungan : UU No. 5/1990, PP No. 7/1999

 Sumber: http://www.kutilang.or.id/burung/konservasi/enggang-cula-rangkong-badak/
Baca SelengkapnyaRangkong Badak (Enggang Cula)

Kuau Raja (Great Argus)

Kuau Raja (Great Argus)
Argusianus argus (Linnaeus, 1766)

Deskripsi
Berukuran sangat besar. jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kerbau dan hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina (60 cm): berukuran lebih kecil dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti pada jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek gelap.
Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.

Suara
Seri nada “wau”, 20x atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dari nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang naik. Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya.

Penyebaran dan ras
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.

Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan hutan bekas tebangan yang kering sampai ketinggian 1200 m, tetapi sekarang mulai jarang karena perburuan dan kerusakan habitat. Biasanya terlihat di lantai hutan. Jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon dan batu. Bersuara dari tempat mengigal pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor pada betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang beristirahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.
Kuau Raja (Great Argus)
Argusianus argus (Linnaeus, 1766)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Deskripsi
Berukuran sangat besar. jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kerbau dan hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina (60 cm): berukuran lebih kecil dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti pada jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek gelap. Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.

Suara
Seri nada “wau”, 20x atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dari nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang naik. Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya.

Penyebaran dan ras
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.

Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan hutan bekas tebangan yang kering sampai ketinggian 1200 m, tetapi sekarang mulai jarang karena perburuan dan kerusakan habitat. Biasanya terlihat di lantai hutan. Jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon dan batu. Bersuara dari tempat mengigal pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor pada betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang beristirahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.
Sumber: http://www.facebook.com/groups/sahabatburung/575538345798580/?ref=notif&notif_t=group_activity
Baca SelengkapnyaKuau Raja (Great Argus)

FK3I Melakukan Pendidikan Lingkungan Kepada Siswa SMA

Pendidikan Lingkungan Kepada Siswa SMA di Bandar Lampung

Sampah organik sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan mulai menjadi permasalahan di berbagai daerah. Kerap kali masyarakat sekitar masih belum mengetahui cara pengolahan sampah rumah tangga tersebut. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, membuat semakin bertambah pula jumlah sampah organik rumah tangga yang dihasilkan. Namun, lahan juga semakin sempit dan terbatas. Dengan demikian, dibutuhkan suatu metode skala rumah tangga yang efektif untuk mengolah sampah tersebut agar tidak menumpuk dan menjadi masalah seperti yang sering kita lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali kota Bandar Lampung.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumberdaya alam. Pengelolaan sampah bis melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing – masing jenis zat.

Pendidikan dan kesadaran di bidang pengelolaan sampah dan limbah yang semakin penting dari perspektif global dari manajemen sumberdaya. Oleh karena itu, sebagai upaya menanamkan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan ditingkat akademisi, FK3I Korda Lampung bekerjasama dengan BKSDA Lampung untuk mengadakan kegiatan Penyuluhan Pengolahan Sampah dengan tema “Merubah Sampah Menjadi Sesuatu yang Bermanfaat”. Sebagai pembuka wawasan tentang pentingnya mengolah sampah kepada pelajar di Bandar Lampung.






Baca SelengkapnyaFK3I Melakukan Pendidikan Lingkungan Kepada Siswa SMA

FK3I Peringati Hari Air Dunia 2013

Hari Air Dunia 2013 FK3I KORDA LAMPUNG

Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia merupakan jaringan informasi dan komunikasi serta karya nyata tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
FK3I Korda Lampung melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Air Dunia 2013 dengan beberapa kegiatan, salah satunya adalah Pendidikan Lingkungan Pelestarian Air di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di sekitar kawasan hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Kelurahan Sumber Agung, Kemiling, Bandar Lampung). kegiatan ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 Maret 2013.
berikut beberapa foto kegiatannya :




Baca SelengkapnyaFK3I Peringati Hari Air Dunia 2013

FK3I Peringati Hari Air 2013

Diskusi Publik Multi Pihak Hari Air Sedunia 2013


Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran, baik pada potensi untuk meningkatkan kerjasama, dan tantangan yang dihadapi pengelolaan air semakin terang dari peningkatan permintaan untuk akses air, alokasi dan jasa. Kegiatan ini akan mendatangkan pembicara dari berbagai instansi diantaranya Wali Kota Bandar Lampung, Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, Kepala PDAM Way Rilau, dan Akademisi Universitas Lampung. Peserta diskusi ini berasal dari pelajar, mahasiswa, Dosen, Guru, masyarakat sekitar Gunung Betung, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta instansi terkait lainnya.


Diskusi ini akan membahas pemanfaatan jasa lingkungan air yang berasal dari kawasan hutan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman khususnya yang digunakan untuk sumber air bagi beberapa perusahaan air mineral, PDAM Way Rilau, petani sekitar Tahura WAR dan masyarakat kota Bandar Lampung


Diharapkan dari kegiatan ini akan menghasilkan komitmen bersama dari berbagai pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan jasa lingkungan air yang ada, agar manfaat yang diperoleh dapat optimal khususnya pada saat musim kemarau. 

berikut beberapa dokumentasi kegiatan : 







Baca SelengkapnyaFK3I Peringati Hari Air 2013

Penangkaran Rusa Universitas Lampung

Penjaga Rusa Ini Mampu Menyekolahkan Anaknya Hingga Kuliah

Tribun Lampung - Selasa, 19 Februari 2013 19:46 WIB

sutikno_1(1).jpg





Memelihara binatang rupanya tak sesulit memelihara manusia, itulah ungkapan dari penjaga rusa di Universitas Lampung (Unila) Sutikno namanya. Sutikno menjelaskan sejak 2004 lalu dirinya diamanatkan dari rektorat Unila untuk mengasuh para rusa-rusa yang ada dipenangkaran Unila atau tepatnya dibelakang Fakultas Pertanian Unila.

Berkat kesabaran dan usahanya selama 28 tahun, Sutikno telah berhasil menyekolahkan anaknya sampai kejenjang perguruan tingggi. Tepatnya, anak pertama Sutikno telah berkuliah di Unila di Fakultas Pertanian jurusan kehutanan semester tujuh. Kemudian anak keduanya juga berkuliah  di Fisip jurusan ilmu pemerintahan semester awal. "Saya berharap sekali dengan saya kuliahkan anak-anak saya ini mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus tidak seperti saya ini,". Harapnya

"Memelihara rusa tidak susah mas, ya saya anggap mereka seperti anak saya sendiri. Kita cukup mengawasinya saja dari luar kandang, lalu dikasih makan rusa-rusa tersebut setiap hari tepatnya pada pukul 14.00 WIB,". Ujar Sutikno saat ditemui Tribun Lampung dipenangkaran rusa Unila, Senin (12/2) lalu.

Adapun kesulitan dalam mengasuh rusa-rusa tersebut yakni saat musim kemarau melanda, karena tidak banyak rumput segar yang mestinya  didapat. Pada saat musim hujan Sutikno tidak harus keluar kampus Unila, tapi kalau sudah musim kemarau pekerjaan mencari rumputpun dilakoninya sampai ke Kelurahan Labuhan Ratu.

Diceritakanya, awal memelihara rusa hanya tiga ekor itupun didapatnya dari mantan rektor Unila Muhajir Utomo yang mendapatkan rusa tersebut dari Pringsewu. Adapun dipeliharanya rusa-rusa di Unila tersebut untuk penelitian mahasiswa Unila terutama untuk jurusan kehutanan. Dengan adanya rusa tersebut, mereka tidak lagi jauh-jauh pergi kehutan untuk melakukan penelitian. Dengan adanya rusa di penangkaran Unila ini sebenarnya mempermudah penelitian mahasiswa Unila.

Dari awal tiga ekor rusa kemudian menjadi delapan ekor rusa, diantara delapan ekor rusa tersebut tiga ekor lainnya untuk penamaan diambil dari nama mahasiswa jurusan kehutanan Unila. Tiga nama tersebut yakni Agung, Farid dan Danang, kenapa nama rusa tersebut sama seperti nama manusia. Karena mahasiswa tersebutlah yang ingin mengabadikan namanya untuk dikenang.

"Ini merupakan bentuk kami cinta kepada rusa-rusa yang ada diunila, kenapa nama rusa tersebut saya abadikan sama seperti nama saya, karena pada penelitian itu saya yang menemukan mereka di penangkaran Unila. Saya juga sudah izin dengan rektor pihak rekror juga sudah mengizinkan". Ujar Agung salah satu mahasiswa yang namanya diabadikan sebagai nama rusa di Unila.(*)

Sumber :http://lampung.tribunnews.com/2013/02/19/penjaga-rusa-ini-mampu-menyekolahkan-anaknya-hingga-kuliah
Baca SelengkapnyaPenangkaran Rusa Universitas Lampung
skipsi bikin semua lupa diri

Baca Selengkapnya